Rabu, 03 Februari 2010

Peluang Ekspor Minyak Nilam

MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu penghasil minyak atsiri (essential oil) terbesar di dunia. Minyak atsiri yang berada di pasaran dunia berkisar 70 jenis dengan 40 species tanamannya tumbuh di Indonesia, salah satunya ‘Nilam’.

Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain.





Tanaman nilam dipercaya berasal dari negara Phillipina dan India. Di abad 19 nilam digunakan sebagai bahan baku wewangian di dunia timur.

Tanaman nilam atau bahasa latinnya Pogostemon cablin Benth, alias Pogostemon menthe sudah dikembangkan juga di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Dikarenakan banyak ditanam di daerah Aceh, varietas ini banyak dibudidayakan secara komersial. Pogostemon Nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-5,0%.

Pogostemon & Patchouli Oil

Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon hortensisBenth. Jenis Pogostemon heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga, daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5%. Pogostemonhortensis Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah Banten dan sering disebut sebagai nilam sabun.

Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia di kenal paling baik dan menguasai pangsa pasar 80 - 90%. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak diperlukan untuk bahan industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan dari destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon patchouli). Bahkan minyak nilam dapat pula di buat menjadi minyak rambut dan saus tembakau. Parfum yang dicampuri minyak yang komponen utamanya patchouli alcohol (C15H26) ini, aroma harumnya akan bertahan lebih lama.

Produksi minyak nilam banyak terdapat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa seperti Purwokerto, Madiun, Malang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya. Lebih dari 80% minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istemewa Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri.

Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fiksasi.

Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Kemitraan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan merupakan landasan utama bagi pengembangan komoditi ini. Dalam rangka menunjang pengembangan budidaya dan industri minyak nilam ini di perlukan acuan yang dapat dimanfaatkan baik oleh pengusaha kecil dan pengusaha besar serta perbankan, sehingga memudahkan semua pihak untuk mengimplementasikan proyek ini. Laporan lending model ini disusun untuk memenuhi tuntutan pihak-pihak yang akan bermitra dalam mengembangkan komoditi minyak nilam..

Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini dikelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Kemitraan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan merupakan landasan utama bagi pengembangan komoditi ini.

PRODUKSI NILAM

Tanaman nilam dapat tumbuh subur pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organis. Jenis tanah yang baik dapat ditumbuhi adalah regosol, latosol dan aluvial. Tekstur tanahnya adalah tanah lempung berpasir, atau lempung berdebu dan keasaman tanah antara pH = 6 - 7 dan mempunyai daya resapan tanah yang baik dan tidak menyebabkan genangan air pada musim hujan. Penanaman nilam dapat dilakukan secara tumpang sari dengan beberapa tanaman lainnya seperti jagung, karet, padi, singkong, kelapa, kacang dan tanaman lainnya.

Untuk menghasilkan daun nilam dengan konsentrasi minyak yang tinggi diperlukan sinar matahari yang jatuh secara langsung sekalipun daun nilam menjadi lebih kecil dan tebal sehingga seakan berfungsi sebagai pelindung akan menghasilkan tanaman nilam yang berdaun hijau, lebar tipis namun kadar minyaknya lebih rendah. Persyaratan agroklimat nilam adalah sebagai berikut:

* Tanah : Gembur banyak mengandung bahan organik , tidak tergenang dan pH tanah antara 6 - 7

* Temperatur : 18 - 27oC

* Ketinggian : 100 - 400 m

* Curah Hujan : 2300 - 3000 mm/year

* Kelembaban : 60 - 70%

Pengolahan lahan dapat dimulai 1 - 2 bulan sebelum tanam dengan pencangkulan tanah sedalam 30 cm. Tujuan pencangkulan selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur dan remah, sekaligus pembersihan tumbuhan penganggu (gulma). Setelah tanah dicangkul kemudian dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami nilam. Ukuran bedengan tinggi 20 - 30cm, lebar 1 - 1,5 meter dan panjang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jarak antara bedengan satu dengan lainnya berkisar antara 40 - 50 cm untuk memudahahkan perawatan. Tanah bedengan tersebut dibiarkan seminggu kemudian dicangkul untuk meremahkan tanah yang sekaligus dapat dilakukan pemberian pupuk organik (pupuk kandang) yang sudah dimatangkan. Kebutuhan pupuk sebanyak 10 -20 ton per hektar tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Setelah diberi pupuk kandang kemudian didiamkan selama 2 minggu. Menjelang waktu tanam dibuat lubang tanam ukuran 15 cm panjang x 15 cm tinggi x 15 cm lebar. Jarak antara lubang satu dengan lainnya antara 40 cm x 50 cm atau 50 cm x 50 cm.

Untuk memperoleh bibit yang baik diambil dari cabang yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas yang pendek. Panjang stek antara 20 - 30 cm dan mempunyai 3 - 4 mata ruas.

Potongan stek disemaikan pada lahan persemaian yang subur dan gembur dan dekat sumber air. Apabila perlu diberikan sedikit pelindung dari anyaman daun nipah atau daun kelapa. Tanah persemaian adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2 : 1. Tanah persemaian diberi pupuk kandang atau pupuk kompos secara merata. Penanaman stek pada bedengan persemaian dengan jarak 10 cm x 10 cm dengan posisi miring 450. Sebelum stek tumbuh perlu dilakukan penyiangan dan penyiraman. Setelah 2 - 3 minggu akan nampak tunas muda yang tumbuh. Untuk mempercepat pertumbuhan akar sebelum ditanam stek dicelup dalam cairan hormon perangsang tumbuhnya akar. Pada umur 4 - 5 minggu tunas dan akar akan tumbuh secara merata dan siap dipindahkan ke kebun.

Karena faktor musim sangat berpengaruh pada tanaman nilam peka terhadap kebutuhan air, oleh karena itu waktu tanam diusahakan pada permulaan musim hujan. Penanaman nilam dilakukan dengan memasukkan stek kedalam lubang dan ditutup dan dipadatkan. Dalam penanaman stek diatur agar 2- 3 buku masuk dalam lubang tanah agar jaringan akar cukup kuat.

Untuk dapat memberikan hasil panen secara terus menerus maka perlu ada jadwal penanaman per kelompok petani. Apabila diasumsikan untuk memenuhi kapasitas penyulingan dengan kapasitas pasu pemasak 100 kg per sekali masak maka apabila dalam satu hari direncanakan 2 kali pemasakan maka akan dibutuhkan 200 kg daun kering dan lahan yang siap panen perhari 400 kg daun kering yang ekivalen dengan 0,125 hektar lahan. Apabila dalam satu bulan dilakukan 25 hari kerja maka akan diperlukan 3,125 hektar lahan siap panen.

Setelah 3 minggu kita perlu mengecek apakah stek tumbuh dengan baik dan pada stok yang kurang baik pertumbuhan tunasnya diperlukan penyisipan dengan mengambil stock berasal dari persemaian yang sama agar pertumbuhan merata. Pada masa pertumbuhan tanaman nilam membutuhkan air untuk kelembaban tanah terutama pada musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit antara bedengan atau dengan menggunakan sprinkle shower. Pemberian air diatur sesuai dengan umur tanaman nilam pada awal fase pertumbuhan memerlukan banyak air namun jumlah itu akan terus berkurang.

Penyiangan diperlukan untuk menjaga kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur sara berjalan secara optimal. Penyiangan gulma akan m pemupukan digunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik diperoleh dari limbah kotoran hewan, pupuk hijau.

Untuk melangsungkan pertumbuhan daun perlu diberikan pupuk daun yakni pada saat tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan dan setelah panen. Merek pupuk yang banyak dipakai seperti Bayfolan, Gandasil D, PPC, Silozin dll yang ada dijual di depot-depot KUD.

Dalam pertumbuhannya terkadang terjadi penyakit pada usia 30 hari untuk penyakit layu dan 125 hari untuk penyakit budog. Timbulnya penyakit layu adalah bekas tanaman nilam yang terkena penyakit layu dan budog yang berarti tanah sudah terkontaminasi oleh patogen penyakit layu dan budog. Selain adanya penyakit karena penggulungan daun, walang sangit.

Penanggulan hama dapat ditanggulangi dengan racun kontak atau jaringan. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan perbaikan kultur teknis.

Seluruh bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun dengan kadar yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses penyulingan daun dan batang disuling secara bersama-sama. Pemanenan dilakukan pada umur 7 - 9 bulan setelah itu panen berikutnya dapat dilakukan 3 - 4 bulan sekali hingga umur produktif 3 tahun setelah itu tanaman diremajakan. Pemanenan dilakukan pada sore hari atau pagi hari dan menghindarkan pemanenan pada siang hari karena akan mengurangi kandungan minyak yang diperoleh. Dahan dipanen dengan gunting dan menyisakan 1 cabang tetap tumbuh untuk meransang tumbuhnya tunas baru.

Tahap pengel lantai jemur dan tumpukan rajangan diratakan dan pada waktu tertentu tumpukan di balik-balik. Lama penjemuran 5 - 8 jam atau sampai daun menjadi layu. Daun layu tersebut kemudian diangin-anginkan dengan cara dihamparkan di atas rak bambu di tempat yang teduh dengan ketebalan lapisan ± 30 cm dan dibolak balik 2 - 3 kali. Pengeringan dihentikan bila kadar air 12 - 15% dan daun mulai mengeluarkan aroma yang menyengat. Lama pengeringan tahap ini membutuhkan waktu 3 - 4 hari. Proses pengeringan ini memerlukan perhatian karena apabila proses pengeringan terlalu cepat akan menyebabkan kadar minyak menurun sedangkan apabila pengeringan terlalu lambat akan mengundang timbulnya cendawan sehingga kualitas minyak nilam rendah.

Destilasi/Penyulingan

Peralatan penyulingan terdiri atas :

* Ketel uap

* Pasu penguapan dengan tungku pemanasan dengan bahan baku kayu atau batu bara

* Pipa pendingin

* Bak air pendingan

* Gelas penampung

Proses yang dilakukan dalam penyulingan minyak nilam adalah : Daun nilam kering dimasukkan dalam pasu pendidih/pasu penguap airnya diperoleh dari ketel penguap. Uap mengalir kedalam daun nilam dan membawa minyak nilam, pada proses pendinginan di pipa pendingin campuran air dan minyak mengembun kemudian ditampung pasu. Dalam pasu campuran air dan minyak dipisahkan dengan alat pemisah atau secara sederhana disendok. Hasil minyak disimpan dalam drum yang dilapisi seng (zinc coated).

Kapasitas pasu penguap 100 kg daun kering per sekali masak, waktu penguapan 8 jam dan hasil minyak nilam antara 2,50 - 3,0 kg. Kebutuhan bahan bakar persekali pemasakan 0,25 m3.

PELUANG PASAR

Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi memang banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2002 rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5 (lima) tahun terakhir mencapai US$ 51,9 juta dengan 77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap terbesar ekspor minyak atsiri Indonesia masing-masing adalah penyumbang devisa negara US$ 20 juta per tahun dan US$ 10 juta per tahun. Berdasarkan data-data yang diberikan oleh seorang eksportir minyak nilam kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100 - 1.200 ton/tahun. Sedangkan pasokan minyak nilam saat ini kurang lebih 900 ton/tahun sehingga ada peluang pasar sebesar 200 ton/tahun. Negara pengimpor minyak nilam terutama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggeris, Jerman, Singapura dll.

Tidak ada komentar: