Rabu, 09 Maret 2011

Vaname, Kisahmu Tak Seindah Dulu...

Udang vaname, jagoan baru yang sejak tahun 2007 mulai jadi primadona di kampungku (Gabus, Tambakploso) itu kini tiba - tiba keok juga. Entah mengapa tahun ini semua bibit udang (benur) yang kutebar di 6 petak tambak yang di tiap petaknya rata - rata ditebar sejumlah 25 rean ( 1 rean 5.500 ekor) itu hanya mampu bertahan hidup dalam kurun waktu 30 sampai 40 hari. Jika itu terjadi di satu petak dan dalam kurun waktu satu periode tebar mungkin sebab humam error tapi kenapa itu terjadi di semua petak terus menerus hingga tiga kali periode tebar benih. Apa yang salah, dimana letak kesalahannya..?

......
Segudang pertanyaan dari rasa penasaran memenuhi kepalaku, penasaran akan sebab kematian massal udang vaname itu segala kemungkinan mulai aku inventarisir; mungkin karena sistem irigasi di kampungku yang semuanya include di sungai yang sama sehingga jika petak tambak yang udangnya mati dan airnya dikuras ke sungai itu sama halnya dengan memindahkan kematian udang ke petak tambak lain yang sedang mengisi air.; atau mungkin karena rentang tahun 2010 - 2011 tak ada musim kemarau yang sampai mengeringkan petak tambak dan sungai sehingga sisa makanan, pupuk dan obat - obatan yang tidak terdegradasi di petak tambak dan sungai itu justru berubah wujud dan kemudian menjadi sumber penyakit. Ach.. kemungkinan memang tanpa batas apalagi bagi seorang petani kecil yang melihat kemungkinan itu hanya berdasar pada dugaan.

Secercah harapan sempat tumbuh saat ada 6 orang yang katanya petugas dari perusahaan pupuk BUMN akan meneliti dan mencari solusi kematian massal udang vaname ini. Dengan seragam beratribut BUMN, sepatu mengkilap lengkap dengan memakai topi (mungkin takut wajahnya menjadi hitam) mereka sibuk menimba air dan kemudian melakukan tes kadar keasaman air di tambak tapi setelah diketahui bahwa kadar keasaman air sudah sesuai dengan kebutuhan udang mereka kok hanya jalan mondar mandir keliling tambak tanpa ada penjelasan.

Capek jalan berkeliling (lebih mirip orang lagi liburan) mereka hendak berpamitan dengan membawa sampel air dan udang yang mati, sebelum pulang mereka juga minta untuk bisa dikumpulkan beberapa petani agar diberi penyuluhan (lumayan lega pikiranku) setelah terkumpul beberapa orang dan dianggap cukup dimulailah penyuluhan yang diinginkan tapi yang membuat kecewa ternyata forum itu justru diisi dengan berbagai pertanyaan dari petugas tadi tentang tetek bengek perihal kematian udang dan sampai "penyuluhan" selesai tanpa dibarengi dengan penjelasan yang memadai...

Sampai kini para petani masih berharap bahwa petugas itu akan kembali dengan membawa solusi riil atas persoalan yang dihadapi sebagaimana dulu mereka pernah berjanji akan datang lagi... Tapi entah kapan padahal udang - udang ini terus mati tanpa mau sabar menunggu.

Tidak ada komentar: